Senin, 09 Maret 2009

Sustainibillty of Duta Wacana



Dalam kehidupan kita sehari-hari kita tidak asing dengan istilah adaptasi. Adalah makluk hidup yang dalam tiap waktu selalu melakukan apa yang disebut adaptasi untuk terus melestarikan keturunannya. Apakah dalam ranah Arsitektur, adaptasi juga dilakukan? Menanggapi pertanyaan ini, dosen saya menerangkan tentang Sustainability dalam Arsitektur dalam mata kuliah Teori Arsitektur. Bangunan dapat berubah karena pengaruh dari penghuninya. hal lain yang mempengaruhi adalah masalah Waktu, Aktivitas, Persepsi, dan Elemen Fisiknya. Untuk menanggapi masalah ini, Dosen saya memberi permasalahan tentang Universitas saya Duta Wacana, Apakah Duta Wacana dapat Sustain atau tidak?
Bagi saya, Duta Wacana akan tetap Sustain.

Perception
Dalam realitanya salah satu aspek yang membuat Duta Wacana sustain adalah Persepsi bangunan ini sebagai sebuah Universitas.
Untuk saat ini Duta wacana telah memiliki beberapa Fakultas, yaitu:
  1. Fakultas theologi
  2. Fakultas Teknik Arsitektur
  3. Fakultas Teknik Informatika
  4. Fakultas Teknik Sistem Informatika
  5. Fakultas Desain Produk
  6. Fakultas Ekonomi Manajemen
  7. Fakultas Ekonomi Akuntansi
Dilihat dari asal mula Universitas ini dari Sekolah tinggi theology hinnga saat ini menjadi sebuah Universitas dengan tujuh fakultas, adalah salah satu contoh perkembangan yang bagus. Sehinnga dalam tujuannya, universitas ini telah membantu negeri ini dalam bidang pendidikan

Bentuk fisik dan Aktivitas
Meski saya belum merasakan gedung Agape yang lama, tetapi saya berpendapat bahwa Duta Wacana telah melakukan adaptasi. Sebagai Universitas terbaik di negeri ini sudah selayaknya Duta Wacan melakukan perkembangan, terlebih dengan dibangunnya Gedung agape. Selain itu penambahan Fasilitas seperti:
  • AC
  • Lab komputer
  • Lab Desain Produk
  • ATM
  • Mesin cetak KHS, KRS, Daftar Nilai Mahasiswa
Belum lagi pembenahan Perpustakaan yang belum lama ini dilakukan. Inilah beberapa contoh yang menyatakan bahwa Universitas ini sedang dalam tahap berkembang untuk mewujudkan Sebuah Pabrik Sarjana yang akan terus bertahan.

Waktu
Jika ditinjau dari perkembangan yang telah dilakukan, Universitas ini dapat terus bertahan. Teknologi yang semakin dibenahi seperti mesin cetak nilai yang baru dibuat dengan sistem Touch Screne, Pembayaran dan sistem registrasi yang serba On Line merupakan aktivitas Universitas yang mengarah pada kegiatan Adaptasi.

Selain aspek-aspek diatas, kelangsungan Universitas ini juga dipengaruhi oleh Lingkungan disekitarnya. Seperti:
  • Warung
  • Kost disekitar Duta Wacana
  • RS Bethesda
  • SMA-SMA (Bopkri1 & 2, SMA 9)
  • Galeria Mall
  • Stasiun Lempuyangan
  • Shelter Trans Jogja
Bagi saya, semua fasilitas yang ada membuat Duta Wacana memiliki tempat yang strategis. Bagi para mahasiswanya, tersedia tempat kost yang beraneka ragam didaerah Universitas, Warung makan yang bervariasi, jalur Transportasi yang mudah baik melalui Trans Jogja maupun Bis dalam kota, belum lagi stasiun Lempuyangan yang menyediakan tranportasi bai mahasiswa dari luar jogja. Jika ada yang sakit tersedia RS Bethesda dan jika ada yang menyukai shooping tersedia Galeria Mall

Dengan ada semua aspek-aspek ini saya semakin mantap bahwa Universitas Kristen Duta Wacana merupakan sebuah karya Arsitektur yang memiliki karakter Sustainabillity yang kuat kedepannya..



Jogja 2020




Menanggapi tugas yang diberikan pada saya dalam mata kuliah Teori Arsitektur. Yaitu, kita sebagai calon Arsitektur, bagaimana yang harus kita lakukan bagi Jogja ini untuk menghadapi Global Warming? Saya merasa tidak rela apabila tiap masyarakat membiarkan Jogja hanya berdiam diri saja dalam menanggapi masalah pemanasan Global yang setiap hari semakin marak didenungkan.

Bagi saya pribadi, sebenarnya tanpa terasa Jogja sudah mulai terkena dampak dari pemanasan Global. Sebagai pendatang saya sangat membenci udara Jogja pada siang hari. Entah mengapa selain memberi rasa panas yang luar biasa, kulit saya juga mudah terbakar. Oleh sebab itu penghijauan adalah hal penting bagi kota ini. Saat ini mengapa justru gedung-gedung tinggi yang memperindah kota, sedangkan pohon-pohon semakin kehilangan jati dirinya. Justru bagi saya Kota Baru adalah salah satu pahlawan di kota ini. Saya sungguh menyukai tiap jalan didaerah itu ketika saya melewatinya. Mengapa tidak semua tempat di kota ini memiliki sifat seramah Kota Baru. Ini merupakan pelajaran bagi saya sendiri sebagai calon Arsitek, saya sangat kecewa pembanguna saat ini justru merusak alam yang merupakan saudara tua kita. Saat ini lebih banyak orang yang mementingkan bangunan megah dari pada bangunan bersuasana asri.

Selain penghijauan, kita juga harus tetap waspada terhadap ancaman lain dari pemanasan global. Saya jadi teringat tentang film The Day After tommorow. Dimana film ini menceritakan bahwa es di kutub mencair dan membuat satu kota terendam air disertai hujan salju. Saya sungguh tidak dapat membayangkan apabila Jogja juga mengalami bencana yang seperti yang ada di film itu. Apalagi jogja terletak di pantai selatan. Oleh sebab itu saya memiliki rencana agar Jogja membangun bendungan dibagian pantai sebagaai antisipasi jika air laut meninggi karena pemanasan Global. Kita dapat mengambil contoh negara Belanda. Mereka dapat bertahan hidup dan terus berkembang disertai bendungan yang mereka miliki.




Alternatif lain selain membangun bendungan adalah membangun kota terapung. Bagi saya Jogja merupakan kota yang memiliki letak yang strategis untuk pembangunan kota terapung. Karena terletak didaerah Pantai selatan. Jika banjir besar melanda kota Jogja maka tiap warga kota ini untuk sementara mengungsi di kota terapung hingga bencana ini dapat berakhir dan warga dapat kembali membangun kembali Jogja pasca bencana.

Tetapi, semoga apa yang banyak orang kuatirkan tentang Global Warming tidak akan pernah terjadi hingga separah The Day After Tommorow. Saya tidak pernah menyangka bagaimana kehiidupan anak cucu saya kelak jika mereka lahir,Bumi dalam keadaan penuh dengan air. Inilah siklus alam. Jika kita ramah terhadap orang lain kita pasti mendapat senyuman ramah dari banyak orang. Jika kita mencintai bumi, dia pasti tidak akan menghukum kita seperti ini

Jumat, 12 Desember 2008

Maket Demi Serial Vision

Maket ini terbentuk awalnya adalah karena adanya mata kuliah Teori Arsitektur. Pada mata kuliah Teori Arsitektur ini saya mendapat tugas dari Bu. Imel untuk mempresentasikan tentang serial vision. Dan objek yang akan dibahas untuk mempresentasikan serial vision adalah perkampungan Kauman. Tugas ini tidak saya kerjakan sendiri melainkan dikerjakan dalam kelompok. Tetapi saat pertama Bu. Imel mengumumkan tugas ini saya tidak langsung memikirkan siapa-siapa yang menjadi kelompok saya. Padahal saya melihat dan mendengar teman-teman saya sudah mulai ribut mencari kelompok masing-masing. Saat itu saya diam saja dan justru mengamati teman-teman yang mulai beranjak dari bangku mereka atau hanya sekedar merubah posisi duduk mereka dan mencari teman bagi mereka unutk tugas tersebut. Pertama saya mengamati Adimas yang sudah mulai mengajak beberapa anak untuk bergabung dalam satu kelompok, lalu Disa, Clausie, Sasti dan Laras yang kompak seperti vocal grup memanggil nama Dedi untuk mengajak Dedi menjadi kelompok mereka, Senja juga laris bak kacang goreng didekati teman-teman yang lain, Dan Eko yang berkata “Mbok aku nderek” pada Reno, agar dia ikut bergabung. Hingga Adimas bertanya pada saya apakah saya sudah memiliki kelompok, saya hanya meresponnya dengan menggelengkan kepala saya saja. Dia pun menawari saya untuk bekerja bersama. Dan terbentuklah kami, yaitu saya, Adimas, Reno, Dedi, Senja dan Lia.


Saat itu saya hanya berpikir bahwa kami akan menyajikan presentasi kami ini dengan menggunakan Power Point. Tetapi kenekatan Reno muncul. Dia menawarkan saya dan teman satu kelompok yang lain untuk membuat maket 3D. tanpa pikir panjang kami menyetujui ide Reno tersebut. Setelah kelas selesai kami mulai membahas apa yang harus kami kerjakan. Kami lalu sepakat menuju Kauman esok harinya, karena hari Sabtu kami memang tidk ada jadwal kuliah. Keesokan harinya kami berkumpul dahulu di kampus sebelum menuju Kauman. Setelah semua anggota kelompok kami lengkap kami lalu berangkat bersama menuju Kauman. Disana kami mulai membagi tugas apa-apa yang harus kami kerjakan. Sang Ketua lapangan Adimas mulai membagi tugas. Saya, Adimas dan Reno bertugas sebagai pengukur Jalan-Jalan yang akan kami buat maket. Dedi bertugas sebagai Photografer di kelompok kami. Senja adalah Dewa Sketsa bagi kami, dialah yang bertugas membuat sketsa bagi karya kami. Sedangkan Lia yang bertugas membuat bahan untuk Presentasi dan dialah yang akan mempresentasikan karya kami nantinya. Setelah semua mengetahui tugas masing-masing, kami berpencar sesuai tugas kami.
Perjalanan saya dimulai bersama Reno dan Adimas, Saya dengan Reno bertugas mengukur panjang dan lebar jalan yang akan kami buat peta. Sedangkan Adimas membuat peta kasar dan menulis ukuran-ukuran jalan yang telah kami ukur. Hari itu kami membuat target untuk menyelesaikan dan memperoleh data tentang jarak rute yang akan kami buat serial vision. Dan rute yang akan kami ambil untuk serial vision kami adalah Gerbang Kauman hingga Masjid Gede Kauman. Setelah mengerti rute yang akan kami ukur, saya mulai menarik meteran itu dari gerbang Kauman dengan di bantu oleh Reno. Dalam melakukan pengukuran ini kami tidak hanya asal mengukur saja, karena tiap ada gang saya selalu melaporkannya pada Adimas dan begitu seterusnya hingga mencapai Masjid Gede. Karena kami juga harus mengetahui mana yang menjadi serial point untuk bahan presentasi kami. Lebar jalan pun harus kami ukur dan perhitungkan karena hal ini juga berpengaruh bagi pengerjaan maket kami. Tetapi dalam kegiatan mengukur ini, kita juga harus selalu ingat agar berperilaku yang sewajarnya, karena kami memasuki daerah orang lain sehingga kami juga harus menjaga kesopanan dilingkungan Kauman ini. Tiap kali saya mengukur jalan hampir selalu ada orang bertanya tentang kegiatan yang kami lakukan, banyak pula yang menanyakan kami dari universitas mana dan tidak jarang kami selalu mengucapkan kata permisi tiap kali kami melintas didepan warga sekitar. Bahkan ada juga yang bertanya pada saya mengapa Kauman yang dipilih dalam pengerjaan tugas kami. Kami pun berkilah bahwa daerah kauman memiliki ciri yang unik daripada daerah lain. Karena bagi saya pribadi pula, Kauman merupakan salah satu tempat yang dapat mengingatkan saya pada kampung halaman saya.


Hari pertama kami bekerja, kami mulai dengan mengukur panjang, lebar, dan gang-gang yang ada sebagai modal awal kami membuat maket. Karena kami berencana membuat peta rute kami terlebih dahulu dengan memperoleh data ukuran jalan yang asli sebagai modal kami membuat maket. Setelah selesai mengukur kami bertiga istirahat di warung dekat Masjid Gede sembari menunggu Senja membuat sketsa tempat-tempat yang dijadikan serial point, Lia yang dengan setia menemani Senja juga sudah mulai menyusun kata-kata untuk presentasi, sedangkan Dedi, saya tidak tau entah kemana. Mungkin dia menemukan objek-objek bagus untuk dia foto. Waktu terus berlalu bagi saya, hingga Senja selesai membuat tiga sketsa kami lalu bergegas pulang. Senja memang tidak menyelesaikan semua sketsa yang akan dijadikan serial point. Karena kami memang berencana kembali lagi ke Kauman pada hari Selasa.


Semua kegiatan kuliah kami terus berlalu hingga hari Selasa tiba. Saat itu kami berencana kembali lagi ke Kauman untuk menyelesaikan sketsa Senja yang belum selesai, Karena masih masih ada serial point yang belum dia buat. Saya dengan tim saya yaitu Reno dan Adimas mengecek kembali ukuran-ukuran kami dengan data yang sudah kami peroleh Sabtu lalu. Selain itu saya mengelilingi rute yang kami pilih. Hari itu yang saya lakukan adalah mencatat model-model rumah yang ada agar maket yang akan kita buat memiliki miniatur rumah yang sama dengan aslinya. Tetapi dalam memulai mencatat ini saya tidak langsung memulai melihat dan mencatat apa yang ada. Saya justru jalan-jalan terlebih dahulu. Saya mencoba menikmati dan melihat-lihat daerah kauman dahulu sembari mengamati kegiatan yang dilakukan warganya. Disini saya dapat mulai memahami apa yang dimaksud ruang negatif maupun ruang positif. Lalu mendapatkan kembali pengalaman meruang saya, terlebih saat melintasi jalan yang sempit lalu berubah menjadi lebih lebar. Hal inilah saat-saat saya merasa seperti bebas dari suatu kekangan. Karena adanya perubahan dimensi ruang pada jalan itu. Setelah semua yang saya alami itu, saya mulai melakukan apa yang menjadi tugas saya. Terlebih juga saya sudah merasa panas dan capek. Karena saya juga ingin agar cepat selesai akhirnya saya mulai menggamati model-model bangunannya dimulai dari Gerbang depan. Dengan menggunakan peta yang telah Adimas buat, saya mulai mengamati dan memberi tanda mana rumah yang memiliki satu lantai maupun mana rumah yang dua lantai. Selain itu saya juga mencatat rumah yang memiliki pagar atau pada tingkatnya memiliki space untuk teras. Semua itu saya coba perhatikan agar miniatur yang akan kita buat nati memilik karakter seperti bangunan aslinya. Selain fokus pada rumah, saya juga memperhatikan aksesoris lainnya seperti lampu jalan, tiang listrik, maupun penutup selokan yang ada didepan rumah. Bahkan saya menemukan juga ada satu area kosong tertutup oleh pagar seng dimana hanya ada reruntuhan rumah didalamnya Setelah semua itu selesai dan saya telah menuliskan data-data yang ada ke dalam peta milik Adimas kami pun beristirahat di tempat kami kemarin sembari menunggu teman-teman yang lain selesai melakukan tugas mereka masing-masing. Masih seperti kemarin, Senja menyelesaikan sketsanya, Lia masih setia menemani Senja dan melanjutkan menulis bahan untuk presentasi, Dan Dedi sedang asyik dengan kameranya mengambil gambar mana-mana yang menjadi serial point kelompok kami. Dan mengambil gambar rumah-rumah untuk miniatur kami nantinya. Setelah semua selesai dan waktu juga sudah mengingatkan kami untuk kembali ke kampus karena masih ada jadwal SPA 01, kami meninggalkan Kauman dengan penuh semangat karena modal bagi maket kami telah ada.
Semua persiapan kami telah selesai tetapi pekerjaan besar kami baru akan dimulai. Setelah kelas SPA 01 selesai kami berkumpul disebelah ruang teknik untuk memulai membuat maket kami. Sebelumnya bahan-bahan untuk maket telah dipersiapkan olah Reno yang menurut saya dialah otak dari maket kami. Pada awalnya kami belum terlalu bekerja terlalu keras dalam membuat maket ini. Bagi saya pribadi, saya masih bingung apa yang harus saya perbuat. Karena ini juga pengalaman pertama saya membuat karya seperti ini. Pertama-tama kami menetukan skalanya terlebih dahulu agar kami tau persis berapa ukuran miniatur kami nantinya. Saya dan Reno membantu Adimas yang sedang bingung menetukan skala yang akan dipakai. Hingga kami sepakat menggunakan Skala 1:400. Saat semua sudah jelas dan tahu berapa skala yang digunakan, Adimas mulai beraksi dengan membuat peta rute kami menggunakan skala 1:400. Ternyata setelah jadi kami agak sedikit terperangah kami panjang maket kami ternyata mencapai 4 meter. Tetapi kami justru semakin bersemangat untuk merealisasikannya dalam bentuk karya 3D. Sebelum kami memulai mencoba membuat maketnya. Saya menghitung jumlah rumah yang harus dibuat dan menghitung panjang rumah jika menggunakan skala. Setelah mengetahui ukuran-ukuran rumah yang harus dibuat teman-teman mulai memotong karton yang sudah disiapkan. Dalam hal tinggi bangunan, kami mengambil rata-rata saja dari rumah pada umumnya yaitu 3 meter.Hingga terciptalah karya pertama yang kelompok kami buat yaitu Gerbang masuk Kauman. Dari Gerbang itulah awal semangat kami membuat maket keseluruhan.


Dalam pembuatan maket inilah saya mendapat sebutan baru dari teman-teman. Sayalah ketua RT mereka dalam pembuatan maket ini. Mengapa begitu? Karena saya yang diberikan tanggung jawab oleh teman-teman dalam mengatur miniatur rumah yang akan dibuat. Saya yang memberikan instruksi bagi teman-teman, model rumah yang bagaimana yang harus kita buat. Baik itu rumah yang satu lantai atau rumah yang dua lantai. Jadi jika teman-teman akan membuat miniatur selalu bertanya pada saya apa yang harus mereka buat. Agar dalam memotong karton yang ada, hasilnya sesuai dengan data yang telah kami tulis. Karena tanggung jawab ini saya lalu membuat kode pada peta yang sudah ada. Saya membuat sekat-sekat pada tiap-tiap rumah pada peta. Setelah itu saya menuliskan kode seperti huruf A dan seterusnya. hingga dalam menuliskan kode ini keisengan saya muncul kembali. Kode huruf yang saya buat berubah menjadi sebuah kata seperti Cute, Mie, Cakep dan kata-kata tidak penting lainnya. Kode ini sebagai tanda bahwa kode A merupakan tipe rumah satu lantai, Atau kode Cute merupakan kode dari tipe rumah dua lantai yang letaknya berada di sebelah gang pertama dan seterusnya. Jadi dalam pembuatan cara kerja kami, saya memberi instruksi pada teman-teman untuk membuat miniatur seperti data yang telah ada pada peta. Contoh lain dari apa yang menjadi tanggung jawab saya adalah, saya memberi instruksi pada Adimas berapa ukuran yang harus dia potong dan rumah itu berbentuk rumah dua lantai. Begitulah seterusnya, dan saya juga yang mengecek mana saja rumah yang belum dibuat. Saya juga mengarahkan teman-teman jika rumah itu harus memakai pagar atau model atapnya yang harus joglo atau limasan.


Tetapi waktu jelas menjadi tolak ukur kami dalam bekerja. Karena itulah selama tiga hari kami ada yang rela untuk tidak tidur maupun harus begadang dirumah salah satu dari kami Karena waktu yang tersisa bagi kami hanyalah tiga hari dua malam. Bahkan kami mengerjakan maket ini awalnya di Kampus hingga pukul 10 malam dan dilanjutkan menuju rumah Lia. Oleh sebab itu hari pertama pengerjaan maket ini kami lalui dirumah Lia. Tetapi dalam begadang kami tidak selalu berenam. Karena Senja dan Dedi juga harus pulang. Senja rumahnya jauh dan Dedi harus rela dimarahi Bapak nya karena jam 12 malam belum juga sampai dirumah. Jadi Hari Rabu itu yang bekerja membuat maket di rumah Lia adalah Lia (diamana dialah tuan rumahnya), saya, Reno dan Adimas. Awal dari pekerjaan kami adalah membuat miniatur rumah itu sesuai ukuran yang telah saya rubah dari ukuran sebenarnya menjadi ukuran skala 1:400. Sedangkan untuk atapnya kami belum mulai membuatnya. Semua mulai asyik bekerja hingga tidak terasa waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Saat itu Lia memang sudah tidur terlebih dahulu. Setelah itu Reno juga sudah mulai mengikuti jejak Lia. Karena mata kami sudah tidak dapat diajak kompromi, kami mulai menghentikan aktivitas kami dan mulai beranjak tidur. Meski saya dan Adimas tidak langsung tidur. Kami masih memandangi sebagian miniatur rumah kami yang mulai dapat berdiri pada tempatnya. Meski hari pertama miniatur kami belum ada atapnya tetapi kami sudah mulai jelas bagaimana langkah kami selanjutnya. Kami berdua dapat tersenyum sendiri melihat awal dari ide Reno.


Cerita lain dari kerja kami malam itu adalah sepiring mie rebus yang membantu kami mengisi perut yang agak terbengkalai karena maket ini. Ternyata nikmat juga sepiring mie rebus dengan menu utama tugas maket. Sungguh awal yang menantang bagi kami. Setelah mata kita berdua semakin berat akhirnya mata kami mulai tertutup dengan menyisakan sebagian maket yang tetap berdiri tegak menunggu teman mereka yang masih ada dalam benak kami.


Hari kedua untuk kami bekerja tiba. Karena jadwal kuliah kami SK 01 dimulai pukul 13.30 saya masih ada kesempatan tidur meski masih juga menyempatkan mengerjakan tugas besar SK 01. Saat semua kegiatan berlalu hingga sore hari. Kami mulai berkumpul kembali di kampus, Tepatnya di lantai lima gedung Agape. Kami melanjutkan kembali pembuatan maket ini. Dan saat itu yang menjadi fokus kami adalah menyelesaikan miniatur rumah yang belum. Kami juga sudah mulai membuat atap untuk miniatur kami. Semua berjalan hingga waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Kami pun beranjak dari kampus menuju rumah Dedi. Mulai hari itu, markas kerja kami berpindah dari rumah Lia menuju Rumah Dedi. Hal ini pula menjadi salah satu alasan Dedi mengapa dia sampai pulang tengah malam di hari sebelumnya. Saat itu kami bekerja masih genap enam orang hingga pukul 11 malam. Karena setelah itu Senja dan Lia pulang. Saya akhirnya menginap lagi bersama Reno dan Adimas dirumahnya Dedi. Pada hari itu, miniatur kami sudah mulai lengkap. Tetapi masih menyisakan Masjid, pohon, tutup selokan, tiang listrik, lampu jalan, taman, dan beberapa atap rumah.
Hal unik yang terjadi hari itu adalah, karena asyik membuat maket kami jadi lupa untuk tidur. Pertama, saat Senja dan Lia pulang kami berencana selesai pukul 3 pagi lalu kami tidur agar saat kami kuliah kami tidak terlalu capek. Tetapi, karena terlalu fokus pada membuat maket kami jadi lupa waktu. Kami mulai sadar saat kami mendengar suara ayam berkokok. Saat itulah kami sadar bahwa kami telah bekerja hingga pukul 4.30 dan kami pun tidak jadi tidur karena pukul 8.30 kami ada ICE. Saat membuat maket ini pun, mie rebus tetap menjadi teman setia kami. Oleh sebab itu Hari kedua masih tetap mie rebus menjadi hidangan sampingan kami, sedangkan maket tetap menjadi menu utama kami. Tetapi ada menu tambahan pada hari itu, yaitu ayam yang sedang berkokok.


Memasuki hari ketiga, saya merasa merupakan hari terberat bagi saya karena saya tidak tidur. Tetapi jam kuliah terlewati juga. Hingga waktu menyelesaikan maket datang kembali. Tetapi, sebelum memulai menyelesaikan maket ini, kami mencari dulu papan untuk alas maket kami. Setelah dapat kami mulai bekerja kembali menyelesaikan maket kami dan masih di lantai lima Gedung Agape. Saat itu kami fokus pada Masjid yang belum dibuat. Tetapi sebelum memulai pekerjaan itu saya meminta ijin pada teman-teman saya untuk pulang terlebih dahulu. Karena saya merasa sangat ngantuk dan saya butuh guyuran air agar rasa capek saya agak sedikit terobati. Sebentar saya tidur, hingga waktu menunjukkan pukul 9 malam. Saya lalu kembali lagi ke kampus bergabung kembali bersama teman-teman dan tetap disuguhi oleh maket yang sudah tidak sabar untuk diselesaikan. Semua terus bekerja membenahi apa saja yang belum hingga pekerjaan ini kami lanjutkan kembali di rumah Dedi. Karena ini adalah malam terakhir kami maka kami terus bekerja seperti pahlawan memperjuangkan kemerdekaan. Bagi kami maket ini adalah perjuangan kami memperoleh pengalaman. Malam itu karena menjadi malam yerakhir kami sebelum besok dipresentasikan, maka Lia dan Senja pun ikut membantu hingga pukul 2 pagi. Setelah itu baru mereka pulang. Senja pulang sendirian, Dedi mengantar Lia pulang dan Adimas pun ikut pulang karena dia juga merasa capek setelah malam ksebelumnya dia tidak tidur. Setelah mereka bertiga pulang, saya dan Reno menyelesaikan sedikit maket kami hingga menyisakan tiang lisrik. Setelah selesai Renoberanjak tidur dahulu. Saat itu saya masih belum dapat tidur. Saya lalu duduk di depan rumah Dedi sambil menunggu Dedi kembali dari mengantarkan Lia pulang. Setelah Dedi sampai dirumah, kami membuat mie rebus kembali. Dan setelah kenyang kami lau menyusul Reno yang telah meninggalkan kami merangkai mimpi tanpa tujun karena sebuah maket. Dan hari itu ditutup kembali dengan semangkuk mie rebus, maket yang 97% jadi dan akhirnya saya dapat kembali merasakan nikmatnya bongkahan kapas lembut ini.


Tak lama setelah itu, ketika waktu menunjukkan pukul 7 pagi, saya bangun lebih awal dari dua orang teman saya ini. Saya lalu memutuskan pulang terlebih dahulu dan akan kembali lagi sekitar puukul 9.30. Sesampainya saya dirumah saya langsung melanjutkan mimpi saya yang sempat hilang. Hingga waktu menunjukkan pukul 8.57, saya lalu bangun dan mempersiapkan semua lalu segera berangkat menuju Rumah Dedi. Sesampainya saya disana, Adimas dan Senja sudah menyelesaikan maket kami hingga 100% siap pakai. Tak lama setelah itu Reno datang dan kami pun segera bergegas mempersiapkan apa saja yang akan kami bawa untuk presentasi kami nantinya. Untuk Lia memang tidak menuju kerumah Dedi karena dia kami fokuskan agar mempersiapkan bahan presentasi yang akan sia bawakan natinya. Setelah semua siap, kami lalu mem bawa maket ini ke kampus dari rumah Dedi menuju ke kampus dengan berjalan kaki. Karena tidak mngkin bagi kami membawa maket sepanjang 4 meter dengan kendaraan bermotor. Sesampainya di Kampus kami menunggu dahulu didepan studio ijo sambil menunggu Bu.Imel datang. Saya yang ditugaskan teman-teman melihat apakah kelas sudah mulai atau belum. Setelah Bu.Imel datang dan saya juga sudah melaporkan bahwa kelompok saya akan presentasi hari itu, Saya lalu mengabari teman-teman agar maket kami ini dibawa masuk keruangan dan siap untuk dipresentasikan.


Akhirnya perjalanan kami dalam membuat maket untuk tugas presentasi Serial Vision berakhir juga. Tetapi semua itu tidak akan terasa bermakna jika kami tidak melaluinya dengan penuh semangat dan senyum.

Terima Kasih, Tuhan Yesus Memberkati

Tipe-Tipe Ruang

Dalam mata kuliah Teori Arsitektur, Bu. Imel membahas tentang Tipe-tipe ruang. Dan pada saat TTS ada tuags bagi saya untuk mendefinisikan Tipe-tipe ruang.
Berikut ini Definisi tipe-tipe ruang dan contoh-contoh ruang disekitar Universitas Kristen Duta Wacana:


Tipe 1 ( Ruang Linier)

Tipe ruang yang pertama adalah Ruang Linier. Tipe ruang ini adalah tipe yang memiliki punggung dan muka yang sejajar dan dapat diperpanjang kearah samping tanpa merubah karakter ruang itu sendiri.
Contoh Ruang linier pada Universitas Duta Wacana adalah lorong Gedung Didaktos. Lorong ini berbentuk memanjang kesamping, muka dan punggung lorong ini sejajar dan dimensi ruangnya pun sama.


Tipe 2 (Ruang Radial

Tipe ruang yang kedua adalah Ruang Radial. Ruang ini menghasilkan ruang yang memancar keluar dan membiarkan pusat ruang itu menjadi tempat yang tidak dapat dijangkau atau aksessible. Oleh sebab itu, ciri dari ruang ini adalah ruang yang membiarkan tepi-tepinya diakses atau dijangkau oleh apresiator sedangkan pusat ruang ini merupakan ruang aksesible. Jadi tipe ruang seperti ini memiliki tiga sisi muka dimana muka ini emutari punggung ruang tersebut.
Contoh Ruang Radial pada Universitas Duta Wacana adalah Ruang Kaca pada Gedung Agape. Ruang Kaca ini memiliki tiga wajah yang dapat diakses oleh pengunjung atau apresiator yaitu sisi kanan, kiri dan depan. Sedangkan punggung ruang ini terbentuk karena adanya dinding pada ruangan ini. Dinding inilah yang disebut aksessible


Tipe 3 (Tipe Sentral)

Tipe ruang yang ketiga adalah Ruang Sentral. Tipe ruang ini dapat dikatakn sebagai kebalikan dari tipe radial. Karena, punggung ruang ini justru berada di bagian luar dan wajah ruang ini justru berada didalam yang membuat aktivitas apapun terpusat didalamnya. Karena ciri inilah, tipe ruang ini disebut Ruang Sentral.Tipe Ruang Sentral sama seperti sebuah stadion, dimana yang berkepentingan didalamnya saja yang mengetahui kegiatan didalamnya sedangkan yang berada diluar stadion tidak menimbulakn dampak apapun terhadap kegiatan didalam stadion.
Contoh Ruang Sentral pada Universitas Duta Wacana adalah Gedung Auditorium. Dimana orang yang berada diluar gedung ini tidak ada sangkut pautnya terhadap kegiatan didalam auditorium.


Tipe 4

Tipe ini merupakan intensifikasi ruang dari tipe tiga. Dengan memberi naungan payung yang menyedot ruang itu kepadanya. Jadi tipe ruang seperti ini memiliki punggung di bagian tengah dan muka tipe ini mengitari punggung tersebut.
Contoh dari tipe empat adalah pohon yang ada didepan ruang Auditorium, diaman jika kita duduk melingkari pohon itu maka pohon ini menjadi punggung kita dan muka ruang ini adalah apa yang dapat kita lihat jika kita menjadikan pohon sebagai punggung kita.


Bagaimana cara menghentikan tipe ruang linier?
Ada beberapa cara untuk merubah Ruang Linier menjadi ruang tipe lain, yaitu seperti contoh dibawah ini:
• Pertama adalah merubah tipe ini menjadi tipe ruang lain. Contonya adalah jika kita berjalan pada sebuah lorong dan ternyata diujung lorong itu terdapat sebuah pertigaan maka dengan sendirinya lorong itu akan berubah tipe.
• Kedua adalah dengan memberi pembatas pada ruang itu. Dengan contoh, jika kita berjalan pada sebuah gang dan ternyata gang tersebut adalah gang buntu maka tipe ini akan berhenti karena adanya pembatas yang menghentikan kita untuk mengaksesnya.
• Ketiga adalah dengan memberi ornamen pada Ruang Linier tersebut. Sebagai contohnya ketika kita berjalan ditaman. Saat berjalan dijalan yang lurus kita menemukan bundaran didepan kita yang berupa taman atau terdapat sebuah kolam, maka tipe ruang itu akan berubah karena adanya taman atau kolam tersebut.
• Keempat adalah karena adanya perubahan dimensi ruang. Saat kita berjalan di Kauman misalnya, kita memasuku jaln yang hanya dapat diakses oleh dua orang saja ternyata diujung jalan tersebut dimensi jalan itu menjadi melebar. Maka nuansa jalan itu akan berunah dengan sendirinya, dapat karena intensitas cahaya yang bertambah atau bisa juga karena tempat kita berjalan menjadi semakin lebar.

Keterangan-keterangan diatas merupakan keterangan dan contoh-contoh ruang yang ada. Semoga apa yang telah saya tulis ini dapat bermanfaat bagi teman-teman pembaca sekalian

Tuhan Yesus Memberkati

Rabu, 19 November 2008

Kampoeng Tempoe Doeloe


Pada tanggal 27-29 Oktober 2008 untuk mengisi peringatan Dies Natalis ke-46 Universitas Kristen Duta Wacana, Arsitek mengadakan pameran maket dengan nama “Gelar Karya Mahasiswa Kampoeng Tempoe Doeloe”. Pameran ini memamerkan beberapa karya dari mahasiswa Arsitektur saperti: maket, gambar sketsa, susunan geometri, dan gambar perancangan. Dengan mengambil suasana kampung diharapkan agar anak-anak Arsitek dapat memberikan kesan beda tetapi merakyat bagi tiap pengunjung. Tema Kampung diusung juga karena melihat perkembangan jaman yang makin hari makin modern sehingga sangat sedikit kita temui suasana sebersih dan seindah kampong tempo dulu. Oleh sebab itu para panitia mencoba mengusung kampong sebagai tema dan mencoba membuat kampung khayalan mreka sendiri.

Menurut saya pribadi, “Kampoeng Tempoe Doeloe” sangat menarik untuk dijadikan tema dalam gelar karya mahasiswa. Karena bagi saya dengan diambilnya tema dan dekorasi ruang seperti suasana kampong, membuat saya serasa berada di kampung halaman saya. Terlebih dengan adanya Gazebo-gazebo dari bambu yang menjadi salah satu perlengkapan pameran ini membuat saya menjadi rindu berkumpul dengan teman-teman saya di kampung, dimana kami biasa berkumpul bersama di gubug belakang rumah teman saya.sembari menikmati hawa sejuk areal persawahan.

Tetapi, secara keseluruhan saya merasa bahwa dekorasi-dekorasi yang ada belum memenuhi kriteria sebagai kampong tempo dulu. Hal ini saya simpulkan karena dekorasi ruang ini hanya menonjolkan Gazebo saja, dimana objek-objek dikampung masih belum dapat dirasa kuat jika hanya diwakili oleh Gazebo saja. Meski sudah ada penambahan Gerbang tanaman pada pintu masuk, pagar bambu yang dihiasi dengan lampu minyak pada jalan masuk, serakan daun pada tiap tempat meletakkan maket, tempukan gabah pada Gazebo tengah, hingga teman-teman membuat dua pasang batu bata yang disusun sebagai kuburan khayalan disudut ruang, Tetap saja karakter kampung belum terasa kuat. Tetapi meski suasana kampung belum bisa dirasakan kuat, saya tetap merasakan adanya suasana yang berbeda di Atrium ini. Dimana yang sebelumnya Atrium hanya sebuah tempat berkumpul biasa dengan bangku-bangku untuk duduk pada bagian sudut-sudut ruang itu, tiba-tiba telah berubah menjadi sebuah kampung khayalan yang diciptakan anak-anak Arsitek.

Dari sekian aspek yang ada, hal yang paling membuat saya merasa teduh dan nyaman adalah dengan adanya Gazebo utama, yang rencananya berfungsi sebagai panggung untuk acara inagurasi pada malam terakhir. Dengan adanya Gazebo ini, saya dan teman-teman memiliki tempat baru untuk melepas lelah setelah kuliah. Oleh sebab itu, Gazebo dapat berfungsi sebagai alternative baru bagi kami untuk beristirahat dan melupakan sejenak tugas-tugas kuliah yang cukup melelahkan. Memang dalam acara pameran ini teman-teman dekorasi membuat tiga buah Gazebo dengan satu sebagai panggung utama yang berukuran paling besar, sedangkan dua lainnya yang berukuran lebih kecil sebagai tempat meletakkan barang-barang pameran baik itu berupa gambar sketsa maupun karya-karya geometri anak Arsitek 2008, dikarenakan ukurannya yang lebih besar, maka tempat yang paling asik untuk berkumpul adalah Gazebo utama. Dengan model dan ruang yang lebih besar. Oleh sebab itu gazebo utama adalah tempat yang paling cocok bagi saya untuk berkumpul dengan teman-teman. Baik hanya sebagai tempat berkumpul, istirahat, bermain kartu, maupun bermain gitar dan bernyanyi bersama. Sehingga gazebo dapat berfungsi dengan baik sebagai tempat berinteraksi bersama teman-teman saya.

Selain itu ada beberapa hal yang dapat saya tangkap sebelum pameran ini diadakan. Saat saya ikut membantu dalam dekorasi, ternyata saya juga menemukan susana kampung saat mendekor Atrium ini menjadi kampung khayalan. Karena dalam bekerja, teman-teman saling gotong royong dan pantang menyerah untuk mewujudkan khayalan mereka, bahkan kami sampai ada yang tidak tidur dan bersama-sama menginap di kampus agar pekerjaan ini cepat selesai. Semua itulah beberapa ciri warga kampung yang dapat saya temukan dalam diri teman-teman dimana mereka sangat menjunjung tinggi kekeluargaan dan kerjasama. Tidak tau mengapa tiba-tiba saya berpikir tentang perilaku mereka dalam bekerja, karena bagi saya suasana kampung tidak hanya terdapat pada dekorasinya saja tetapi perilaku warganya juga sangat khas dan memiliki karakter yang kuat.

Selain itu saya juga menemukan ada sesuatu yang sempat menarik perhatian saya. Dalam uraian diatas saya sempat menyinggung dua buah kuburan yang diciptakan oleh teman-teman dekorasi. Benda ini membuat saya tertawa tapi kagum. Karena bagi saya objek ini merupakan pemanis dalam dekorasi, terlebih jika kita menikmati suasana kuburan ini pada malam hari dimana suasana kampus yang telah sepi dan lampu sorot pada ruang Atrium dihidupkan maka suasana malam pada kampung sangat terasa. Karena di daerah saya memang tiap kampung memiliki area makam sendiri-sendiri. Oleh sebab itu anak-anak dekorasi mencoba mengangkat kuburan sebagai salah satu objek dekorasinya. Terlebih dengan penataan kuburan itu yang ditaburi bunga dan tidak lupa serakan-serakan daun kering disekitarnya yang terkesan seperti daun-daun pohon yang berguguran. Bahkan dengan diberi dupa diantara dua kuburan itu sempat membuat saya berdecak kagum, mengapa begitu? karena sempat juga pada saat tengah malam saya merasa agak merinding ketika menikmati suasana disekitarnya. Jadi, meski terkesan sederhana tetapi bagi saya kuburan itu adalah suatu objek yang unik.

Dari papran saya diatas, secara keseluruhan tema dan dekorasi yang mengankat suasana kampung adalah suatu hal yang bagus dan berani. Terlebih pada jaman sekarang, karakter kampung tempo dulu semakin sedikit kita temui. Oleh sebab itu, selain memamerkan karya-karya Arsitektur, para panitia juga ingin mengajak para pengunjung menikmati sejenak betapa indahnya suasana perkampungan yang mulai hilang dimakan jaman lewat kampong khayalan bernama “Kampoeng Tempoe Doeloe”.

Itulah hal-hal yang dapat saya ceritakan saat saya mengikuti Gelar Karya Mahasiswa dengan tema “ Kampoeng Tempoe Doeloe” . Selain membuat saya memperoleh hal baru untuk dipandang dan dinikmati, saya dihibur dengan suasana kampung yang telah lama saya rindukan. Selain itu saya juga dapat menikmati beberapa karya mahasiswa Arsitektur meski salah objek yang dipamerkan juga merupakan pekerjaan saya.

Jadi secara keseluruhan, saya mengucapkan terima kasih bagi teman-teman Arsitek semua yang telah bekerja bersama-sama dalam mewujudkan sebuah khayalan menjadi suatu hiburan yang menyenangkan.

Tuhan Yesus memberkati

Senin, 06 Oktober 2008

Meruang di kauman

Pukul 15.00 WIB, saya dan teman-teman tiba diKauman. Selama perjalanan udara sangat panas dan matahari terasa terik sekali. Tetapi setelah saya tiba diKauman suasana yang saya rasakan sangat berbeda, saya merasa hawa didaerah Kauman lebih sejuk. Memang jalan-jalan didaerah Kauman tergolong sempit dan rumahnya pun saling berdempetan, tetapi menurut saya karena hal itulah suasananya menjadi teduh. Hal lain yang mendukung adalah terdapatnya tanaman hijau ditiap teras rumah, sehingga menbuat suasana sekitarnya menjadi lebih sejuk. Bahkan lingkungan sekitarnyapun sangat bersih, hal ini membuat saya sebagai pengunjung sekaligus pejalan kaki merasa nyaman berada di situ.

Model rumahnyapun masih terkesan tradisional, meski sudah banyak yang menggunakan bata sebagai bahan utama untuk tembok tetapi saya masih menemukan rumah dengan dinding dari kayu dengan model pintu dan jendela yang masih lebar dan tinggi. Model bangunannnya juga masih bercorak adat jawa seperti limasan dan joglo. Kauman juga terkenal sebagai daerah berbasis muslim sehingga banyak saya temui kaligrafi pada pintu masuk ditiap rumah, desain rumah juga ada yang memiliki model seperti masjid-masjid di jawa pada umumnya. Hal ini pula yang membuat Kauman memiliki ciri tertentu.


Selain itu pengalaman yang saya rasakan saat meruang di Kauman adalah saat saya berjalan melewati jalan yang memiliki lebar kira-kira 2 meter lalu berjalan dijalan yang lebarnya menjadi 4 meter lebih, membuat saya menerima penerangan, objek pandang dan udara yang lebih luas dari sebelumnya.
Satu lagi ciri yang terdapat di daerah Kauman adalah Pasar Sore yang menjual jajan, minuman, maupun makanan untuk berbuka puasa. Karena pasar ini hanya ada pada bulan puasa. Pengalaman meruang saya disana adalah meski jalan disana sempit, terpotong dengan tempat untuk berjualan tetapi saya merasa sangat nyaman dan tidak pengap.

Kesimpulannya saat saya meruang di Kauman adalah merasa nyaman. Meski jalanan didaerah Kauman sempit tetapi dengan Lingkungan yang terjaga kebersihannya dan adanya tanaman-tanaman disekitar rumah penduduknya membuat saya merasa senang dan nyaman meruang disana.