Jumat, 12 Desember 2008

Maket Demi Serial Vision

Maket ini terbentuk awalnya adalah karena adanya mata kuliah Teori Arsitektur. Pada mata kuliah Teori Arsitektur ini saya mendapat tugas dari Bu. Imel untuk mempresentasikan tentang serial vision. Dan objek yang akan dibahas untuk mempresentasikan serial vision adalah perkampungan Kauman. Tugas ini tidak saya kerjakan sendiri melainkan dikerjakan dalam kelompok. Tetapi saat pertama Bu. Imel mengumumkan tugas ini saya tidak langsung memikirkan siapa-siapa yang menjadi kelompok saya. Padahal saya melihat dan mendengar teman-teman saya sudah mulai ribut mencari kelompok masing-masing. Saat itu saya diam saja dan justru mengamati teman-teman yang mulai beranjak dari bangku mereka atau hanya sekedar merubah posisi duduk mereka dan mencari teman bagi mereka unutk tugas tersebut. Pertama saya mengamati Adimas yang sudah mulai mengajak beberapa anak untuk bergabung dalam satu kelompok, lalu Disa, Clausie, Sasti dan Laras yang kompak seperti vocal grup memanggil nama Dedi untuk mengajak Dedi menjadi kelompok mereka, Senja juga laris bak kacang goreng didekati teman-teman yang lain, Dan Eko yang berkata “Mbok aku nderek” pada Reno, agar dia ikut bergabung. Hingga Adimas bertanya pada saya apakah saya sudah memiliki kelompok, saya hanya meresponnya dengan menggelengkan kepala saya saja. Dia pun menawari saya untuk bekerja bersama. Dan terbentuklah kami, yaitu saya, Adimas, Reno, Dedi, Senja dan Lia.


Saat itu saya hanya berpikir bahwa kami akan menyajikan presentasi kami ini dengan menggunakan Power Point. Tetapi kenekatan Reno muncul. Dia menawarkan saya dan teman satu kelompok yang lain untuk membuat maket 3D. tanpa pikir panjang kami menyetujui ide Reno tersebut. Setelah kelas selesai kami mulai membahas apa yang harus kami kerjakan. Kami lalu sepakat menuju Kauman esok harinya, karena hari Sabtu kami memang tidk ada jadwal kuliah. Keesokan harinya kami berkumpul dahulu di kampus sebelum menuju Kauman. Setelah semua anggota kelompok kami lengkap kami lalu berangkat bersama menuju Kauman. Disana kami mulai membagi tugas apa-apa yang harus kami kerjakan. Sang Ketua lapangan Adimas mulai membagi tugas. Saya, Adimas dan Reno bertugas sebagai pengukur Jalan-Jalan yang akan kami buat maket. Dedi bertugas sebagai Photografer di kelompok kami. Senja adalah Dewa Sketsa bagi kami, dialah yang bertugas membuat sketsa bagi karya kami. Sedangkan Lia yang bertugas membuat bahan untuk Presentasi dan dialah yang akan mempresentasikan karya kami nantinya. Setelah semua mengetahui tugas masing-masing, kami berpencar sesuai tugas kami.
Perjalanan saya dimulai bersama Reno dan Adimas, Saya dengan Reno bertugas mengukur panjang dan lebar jalan yang akan kami buat peta. Sedangkan Adimas membuat peta kasar dan menulis ukuran-ukuran jalan yang telah kami ukur. Hari itu kami membuat target untuk menyelesaikan dan memperoleh data tentang jarak rute yang akan kami buat serial vision. Dan rute yang akan kami ambil untuk serial vision kami adalah Gerbang Kauman hingga Masjid Gede Kauman. Setelah mengerti rute yang akan kami ukur, saya mulai menarik meteran itu dari gerbang Kauman dengan di bantu oleh Reno. Dalam melakukan pengukuran ini kami tidak hanya asal mengukur saja, karena tiap ada gang saya selalu melaporkannya pada Adimas dan begitu seterusnya hingga mencapai Masjid Gede. Karena kami juga harus mengetahui mana yang menjadi serial point untuk bahan presentasi kami. Lebar jalan pun harus kami ukur dan perhitungkan karena hal ini juga berpengaruh bagi pengerjaan maket kami. Tetapi dalam kegiatan mengukur ini, kita juga harus selalu ingat agar berperilaku yang sewajarnya, karena kami memasuki daerah orang lain sehingga kami juga harus menjaga kesopanan dilingkungan Kauman ini. Tiap kali saya mengukur jalan hampir selalu ada orang bertanya tentang kegiatan yang kami lakukan, banyak pula yang menanyakan kami dari universitas mana dan tidak jarang kami selalu mengucapkan kata permisi tiap kali kami melintas didepan warga sekitar. Bahkan ada juga yang bertanya pada saya mengapa Kauman yang dipilih dalam pengerjaan tugas kami. Kami pun berkilah bahwa daerah kauman memiliki ciri yang unik daripada daerah lain. Karena bagi saya pribadi pula, Kauman merupakan salah satu tempat yang dapat mengingatkan saya pada kampung halaman saya.


Hari pertama kami bekerja, kami mulai dengan mengukur panjang, lebar, dan gang-gang yang ada sebagai modal awal kami membuat maket. Karena kami berencana membuat peta rute kami terlebih dahulu dengan memperoleh data ukuran jalan yang asli sebagai modal kami membuat maket. Setelah selesai mengukur kami bertiga istirahat di warung dekat Masjid Gede sembari menunggu Senja membuat sketsa tempat-tempat yang dijadikan serial point, Lia yang dengan setia menemani Senja juga sudah mulai menyusun kata-kata untuk presentasi, sedangkan Dedi, saya tidak tau entah kemana. Mungkin dia menemukan objek-objek bagus untuk dia foto. Waktu terus berlalu bagi saya, hingga Senja selesai membuat tiga sketsa kami lalu bergegas pulang. Senja memang tidak menyelesaikan semua sketsa yang akan dijadikan serial point. Karena kami memang berencana kembali lagi ke Kauman pada hari Selasa.


Semua kegiatan kuliah kami terus berlalu hingga hari Selasa tiba. Saat itu kami berencana kembali lagi ke Kauman untuk menyelesaikan sketsa Senja yang belum selesai, Karena masih masih ada serial point yang belum dia buat. Saya dengan tim saya yaitu Reno dan Adimas mengecek kembali ukuran-ukuran kami dengan data yang sudah kami peroleh Sabtu lalu. Selain itu saya mengelilingi rute yang kami pilih. Hari itu yang saya lakukan adalah mencatat model-model rumah yang ada agar maket yang akan kita buat memiliki miniatur rumah yang sama dengan aslinya. Tetapi dalam memulai mencatat ini saya tidak langsung memulai melihat dan mencatat apa yang ada. Saya justru jalan-jalan terlebih dahulu. Saya mencoba menikmati dan melihat-lihat daerah kauman dahulu sembari mengamati kegiatan yang dilakukan warganya. Disini saya dapat mulai memahami apa yang dimaksud ruang negatif maupun ruang positif. Lalu mendapatkan kembali pengalaman meruang saya, terlebih saat melintasi jalan yang sempit lalu berubah menjadi lebih lebar. Hal inilah saat-saat saya merasa seperti bebas dari suatu kekangan. Karena adanya perubahan dimensi ruang pada jalan itu. Setelah semua yang saya alami itu, saya mulai melakukan apa yang menjadi tugas saya. Terlebih juga saya sudah merasa panas dan capek. Karena saya juga ingin agar cepat selesai akhirnya saya mulai menggamati model-model bangunannya dimulai dari Gerbang depan. Dengan menggunakan peta yang telah Adimas buat, saya mulai mengamati dan memberi tanda mana rumah yang memiliki satu lantai maupun mana rumah yang dua lantai. Selain itu saya juga mencatat rumah yang memiliki pagar atau pada tingkatnya memiliki space untuk teras. Semua itu saya coba perhatikan agar miniatur yang akan kita buat nati memilik karakter seperti bangunan aslinya. Selain fokus pada rumah, saya juga memperhatikan aksesoris lainnya seperti lampu jalan, tiang listrik, maupun penutup selokan yang ada didepan rumah. Bahkan saya menemukan juga ada satu area kosong tertutup oleh pagar seng dimana hanya ada reruntuhan rumah didalamnya Setelah semua itu selesai dan saya telah menuliskan data-data yang ada ke dalam peta milik Adimas kami pun beristirahat di tempat kami kemarin sembari menunggu teman-teman yang lain selesai melakukan tugas mereka masing-masing. Masih seperti kemarin, Senja menyelesaikan sketsanya, Lia masih setia menemani Senja dan melanjutkan menulis bahan untuk presentasi, Dan Dedi sedang asyik dengan kameranya mengambil gambar mana-mana yang menjadi serial point kelompok kami. Dan mengambil gambar rumah-rumah untuk miniatur kami nantinya. Setelah semua selesai dan waktu juga sudah mengingatkan kami untuk kembali ke kampus karena masih ada jadwal SPA 01, kami meninggalkan Kauman dengan penuh semangat karena modal bagi maket kami telah ada.
Semua persiapan kami telah selesai tetapi pekerjaan besar kami baru akan dimulai. Setelah kelas SPA 01 selesai kami berkumpul disebelah ruang teknik untuk memulai membuat maket kami. Sebelumnya bahan-bahan untuk maket telah dipersiapkan olah Reno yang menurut saya dialah otak dari maket kami. Pada awalnya kami belum terlalu bekerja terlalu keras dalam membuat maket ini. Bagi saya pribadi, saya masih bingung apa yang harus saya perbuat. Karena ini juga pengalaman pertama saya membuat karya seperti ini. Pertama-tama kami menetukan skalanya terlebih dahulu agar kami tau persis berapa ukuran miniatur kami nantinya. Saya dan Reno membantu Adimas yang sedang bingung menetukan skala yang akan dipakai. Hingga kami sepakat menggunakan Skala 1:400. Saat semua sudah jelas dan tahu berapa skala yang digunakan, Adimas mulai beraksi dengan membuat peta rute kami menggunakan skala 1:400. Ternyata setelah jadi kami agak sedikit terperangah kami panjang maket kami ternyata mencapai 4 meter. Tetapi kami justru semakin bersemangat untuk merealisasikannya dalam bentuk karya 3D. Sebelum kami memulai mencoba membuat maketnya. Saya menghitung jumlah rumah yang harus dibuat dan menghitung panjang rumah jika menggunakan skala. Setelah mengetahui ukuran-ukuran rumah yang harus dibuat teman-teman mulai memotong karton yang sudah disiapkan. Dalam hal tinggi bangunan, kami mengambil rata-rata saja dari rumah pada umumnya yaitu 3 meter.Hingga terciptalah karya pertama yang kelompok kami buat yaitu Gerbang masuk Kauman. Dari Gerbang itulah awal semangat kami membuat maket keseluruhan.


Dalam pembuatan maket inilah saya mendapat sebutan baru dari teman-teman. Sayalah ketua RT mereka dalam pembuatan maket ini. Mengapa begitu? Karena saya yang diberikan tanggung jawab oleh teman-teman dalam mengatur miniatur rumah yang akan dibuat. Saya yang memberikan instruksi bagi teman-teman, model rumah yang bagaimana yang harus kita buat. Baik itu rumah yang satu lantai atau rumah yang dua lantai. Jadi jika teman-teman akan membuat miniatur selalu bertanya pada saya apa yang harus mereka buat. Agar dalam memotong karton yang ada, hasilnya sesuai dengan data yang telah kami tulis. Karena tanggung jawab ini saya lalu membuat kode pada peta yang sudah ada. Saya membuat sekat-sekat pada tiap-tiap rumah pada peta. Setelah itu saya menuliskan kode seperti huruf A dan seterusnya. hingga dalam menuliskan kode ini keisengan saya muncul kembali. Kode huruf yang saya buat berubah menjadi sebuah kata seperti Cute, Mie, Cakep dan kata-kata tidak penting lainnya. Kode ini sebagai tanda bahwa kode A merupakan tipe rumah satu lantai, Atau kode Cute merupakan kode dari tipe rumah dua lantai yang letaknya berada di sebelah gang pertama dan seterusnya. Jadi dalam pembuatan cara kerja kami, saya memberi instruksi pada teman-teman untuk membuat miniatur seperti data yang telah ada pada peta. Contoh lain dari apa yang menjadi tanggung jawab saya adalah, saya memberi instruksi pada Adimas berapa ukuran yang harus dia potong dan rumah itu berbentuk rumah dua lantai. Begitulah seterusnya, dan saya juga yang mengecek mana saja rumah yang belum dibuat. Saya juga mengarahkan teman-teman jika rumah itu harus memakai pagar atau model atapnya yang harus joglo atau limasan.


Tetapi waktu jelas menjadi tolak ukur kami dalam bekerja. Karena itulah selama tiga hari kami ada yang rela untuk tidak tidur maupun harus begadang dirumah salah satu dari kami Karena waktu yang tersisa bagi kami hanyalah tiga hari dua malam. Bahkan kami mengerjakan maket ini awalnya di Kampus hingga pukul 10 malam dan dilanjutkan menuju rumah Lia. Oleh sebab itu hari pertama pengerjaan maket ini kami lalui dirumah Lia. Tetapi dalam begadang kami tidak selalu berenam. Karena Senja dan Dedi juga harus pulang. Senja rumahnya jauh dan Dedi harus rela dimarahi Bapak nya karena jam 12 malam belum juga sampai dirumah. Jadi Hari Rabu itu yang bekerja membuat maket di rumah Lia adalah Lia (diamana dialah tuan rumahnya), saya, Reno dan Adimas. Awal dari pekerjaan kami adalah membuat miniatur rumah itu sesuai ukuran yang telah saya rubah dari ukuran sebenarnya menjadi ukuran skala 1:400. Sedangkan untuk atapnya kami belum mulai membuatnya. Semua mulai asyik bekerja hingga tidak terasa waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Saat itu Lia memang sudah tidur terlebih dahulu. Setelah itu Reno juga sudah mulai mengikuti jejak Lia. Karena mata kami sudah tidak dapat diajak kompromi, kami mulai menghentikan aktivitas kami dan mulai beranjak tidur. Meski saya dan Adimas tidak langsung tidur. Kami masih memandangi sebagian miniatur rumah kami yang mulai dapat berdiri pada tempatnya. Meski hari pertama miniatur kami belum ada atapnya tetapi kami sudah mulai jelas bagaimana langkah kami selanjutnya. Kami berdua dapat tersenyum sendiri melihat awal dari ide Reno.


Cerita lain dari kerja kami malam itu adalah sepiring mie rebus yang membantu kami mengisi perut yang agak terbengkalai karena maket ini. Ternyata nikmat juga sepiring mie rebus dengan menu utama tugas maket. Sungguh awal yang menantang bagi kami. Setelah mata kita berdua semakin berat akhirnya mata kami mulai tertutup dengan menyisakan sebagian maket yang tetap berdiri tegak menunggu teman mereka yang masih ada dalam benak kami.


Hari kedua untuk kami bekerja tiba. Karena jadwal kuliah kami SK 01 dimulai pukul 13.30 saya masih ada kesempatan tidur meski masih juga menyempatkan mengerjakan tugas besar SK 01. Saat semua kegiatan berlalu hingga sore hari. Kami mulai berkumpul kembali di kampus, Tepatnya di lantai lima gedung Agape. Kami melanjutkan kembali pembuatan maket ini. Dan saat itu yang menjadi fokus kami adalah menyelesaikan miniatur rumah yang belum. Kami juga sudah mulai membuat atap untuk miniatur kami. Semua berjalan hingga waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Kami pun beranjak dari kampus menuju rumah Dedi. Mulai hari itu, markas kerja kami berpindah dari rumah Lia menuju Rumah Dedi. Hal ini pula menjadi salah satu alasan Dedi mengapa dia sampai pulang tengah malam di hari sebelumnya. Saat itu kami bekerja masih genap enam orang hingga pukul 11 malam. Karena setelah itu Senja dan Lia pulang. Saya akhirnya menginap lagi bersama Reno dan Adimas dirumahnya Dedi. Pada hari itu, miniatur kami sudah mulai lengkap. Tetapi masih menyisakan Masjid, pohon, tutup selokan, tiang listrik, lampu jalan, taman, dan beberapa atap rumah.
Hal unik yang terjadi hari itu adalah, karena asyik membuat maket kami jadi lupa untuk tidur. Pertama, saat Senja dan Lia pulang kami berencana selesai pukul 3 pagi lalu kami tidur agar saat kami kuliah kami tidak terlalu capek. Tetapi, karena terlalu fokus pada membuat maket kami jadi lupa waktu. Kami mulai sadar saat kami mendengar suara ayam berkokok. Saat itulah kami sadar bahwa kami telah bekerja hingga pukul 4.30 dan kami pun tidak jadi tidur karena pukul 8.30 kami ada ICE. Saat membuat maket ini pun, mie rebus tetap menjadi teman setia kami. Oleh sebab itu Hari kedua masih tetap mie rebus menjadi hidangan sampingan kami, sedangkan maket tetap menjadi menu utama kami. Tetapi ada menu tambahan pada hari itu, yaitu ayam yang sedang berkokok.


Memasuki hari ketiga, saya merasa merupakan hari terberat bagi saya karena saya tidak tidur. Tetapi jam kuliah terlewati juga. Hingga waktu menyelesaikan maket datang kembali. Tetapi, sebelum memulai menyelesaikan maket ini, kami mencari dulu papan untuk alas maket kami. Setelah dapat kami mulai bekerja kembali menyelesaikan maket kami dan masih di lantai lima Gedung Agape. Saat itu kami fokus pada Masjid yang belum dibuat. Tetapi sebelum memulai pekerjaan itu saya meminta ijin pada teman-teman saya untuk pulang terlebih dahulu. Karena saya merasa sangat ngantuk dan saya butuh guyuran air agar rasa capek saya agak sedikit terobati. Sebentar saya tidur, hingga waktu menunjukkan pukul 9 malam. Saya lalu kembali lagi ke kampus bergabung kembali bersama teman-teman dan tetap disuguhi oleh maket yang sudah tidak sabar untuk diselesaikan. Semua terus bekerja membenahi apa saja yang belum hingga pekerjaan ini kami lanjutkan kembali di rumah Dedi. Karena ini adalah malam terakhir kami maka kami terus bekerja seperti pahlawan memperjuangkan kemerdekaan. Bagi kami maket ini adalah perjuangan kami memperoleh pengalaman. Malam itu karena menjadi malam yerakhir kami sebelum besok dipresentasikan, maka Lia dan Senja pun ikut membantu hingga pukul 2 pagi. Setelah itu baru mereka pulang. Senja pulang sendirian, Dedi mengantar Lia pulang dan Adimas pun ikut pulang karena dia juga merasa capek setelah malam ksebelumnya dia tidak tidur. Setelah mereka bertiga pulang, saya dan Reno menyelesaikan sedikit maket kami hingga menyisakan tiang lisrik. Setelah selesai Renoberanjak tidur dahulu. Saat itu saya masih belum dapat tidur. Saya lalu duduk di depan rumah Dedi sambil menunggu Dedi kembali dari mengantarkan Lia pulang. Setelah Dedi sampai dirumah, kami membuat mie rebus kembali. Dan setelah kenyang kami lau menyusul Reno yang telah meninggalkan kami merangkai mimpi tanpa tujun karena sebuah maket. Dan hari itu ditutup kembali dengan semangkuk mie rebus, maket yang 97% jadi dan akhirnya saya dapat kembali merasakan nikmatnya bongkahan kapas lembut ini.


Tak lama setelah itu, ketika waktu menunjukkan pukul 7 pagi, saya bangun lebih awal dari dua orang teman saya ini. Saya lalu memutuskan pulang terlebih dahulu dan akan kembali lagi sekitar puukul 9.30. Sesampainya saya dirumah saya langsung melanjutkan mimpi saya yang sempat hilang. Hingga waktu menunjukkan pukul 8.57, saya lalu bangun dan mempersiapkan semua lalu segera berangkat menuju Rumah Dedi. Sesampainya saya disana, Adimas dan Senja sudah menyelesaikan maket kami hingga 100% siap pakai. Tak lama setelah itu Reno datang dan kami pun segera bergegas mempersiapkan apa saja yang akan kami bawa untuk presentasi kami nantinya. Untuk Lia memang tidak menuju kerumah Dedi karena dia kami fokuskan agar mempersiapkan bahan presentasi yang akan sia bawakan natinya. Setelah semua siap, kami lalu mem bawa maket ini ke kampus dari rumah Dedi menuju ke kampus dengan berjalan kaki. Karena tidak mngkin bagi kami membawa maket sepanjang 4 meter dengan kendaraan bermotor. Sesampainya di Kampus kami menunggu dahulu didepan studio ijo sambil menunggu Bu.Imel datang. Saya yang ditugaskan teman-teman melihat apakah kelas sudah mulai atau belum. Setelah Bu.Imel datang dan saya juga sudah melaporkan bahwa kelompok saya akan presentasi hari itu, Saya lalu mengabari teman-teman agar maket kami ini dibawa masuk keruangan dan siap untuk dipresentasikan.


Akhirnya perjalanan kami dalam membuat maket untuk tugas presentasi Serial Vision berakhir juga. Tetapi semua itu tidak akan terasa bermakna jika kami tidak melaluinya dengan penuh semangat dan senyum.

Terima Kasih, Tuhan Yesus Memberkati

Tidak ada komentar: